Sore itu, selepas mengajar kelas bahasa isyarat, Asrul duduk bersantai di Kantin Balai Kota. Ia didampingi Pembina Elite Squad Fighter Tuna Rungu, Fika Chasasmeta yang sudah lama aktif membantu mitra GoRide dan GoSend tuna rungu, salah satunya Asrul.
Ayah dari tiga anak ini sempat merasa hidupnya tidak bermakna karena ia merasa dari dulu hidupnya selalu dipasok kebutuhannya oleh orang tua. Ia mengatakan biarpun dirinya adalah orang dengan disabilitas, ia yakin bahwa dirinya bisa mandiri sampai seterusnya.
“Awalnya saya nggak mau manja dari orang tua. Intinya saya ingin mandiri dan bisa hidup sendiri” kata Asrul.
Awalnya, Asrul mendapat fasilitas dari orang tua untuk berbisnis beras. Namun bisnis tersebut berujung bangkrut. Setelah bisnis berasnya berujung pahit, ia mencoba peruntungan membuka usaha warung internet (warnet). Usaha tersebut pun kembali berakhir dengan kebangkrutan. Ia tidak menduga perkembangan zaman memaksa orang-orang meninggalkan warnet dan pindah ke teknologi telepon genggam pintar yang jauh lebih praktis. Demi menghidupi keluarganya, ia mencoba segala cara termasuk menjadi juru parkir di Depok.
Awalnya ia merasa belum banyak tempat yang secara inklusif bisa menerima orang dengan disabilitas seperti dirinya. Namun pandangan itu berubah setelah ia bertemu seorang mitra GoSend yang menawarkannya mendaftar menjadi mitra. Ternyata prosesnya tidak sulit seperti yang ia bayangkan. Ia bercerita prosesnya bahwa ia hanya cukup datang ke kantor Gojek di Kemang dan tak lama kemudian ia sudah bisa aktif menjadi salah satu mitra GoSend.
Pada masa-masa sulitnya ia pernah mencoba peruntungan menjadi pengajar bahasa isyarat di Universitas Indonesia (UI), tapi sempat ditolak karena tidak berhasil memenuhi kualifikasi tes. Namun Asrul pantang menyerah. Ia sengaja mengikuti kursus 3 bulan dan belajar banyak dari pengajar-pengajar terbaik multinasional. Akhirnya Asrul lulus dengan kualifikasi pengajar standar internasional.
“Bayangin aja saya dulu juru parkir, sekarang saya punya kegiatan sehari-hari yang pasti,” ujarnya.
Dengan pencapaian yang ia raih, akhirnya ia kini menjadi pengajar bahasa isyarat di Universitas Indonesia, Balai Kota Jakarta dan mengadakan les belajar bahasa isyarat privat. Tidak lupa, ia tetap setia menjadi mitra GoSend untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Pengalamannya selama menjadi mitra GoSend mengantarkannya menjadi pribadi yang jauh lebih mandiri dan mau berjuang.
Asrul berpesan untuk semua mitra Gojek difabel, untuk terus membakar semangat bekerja, demi kehidupan yang lebih baik. Baginya, rezeki yang halal adalah hal yang tidak bisa ditawar.
“Pokoknya, di Gojek semua pasti ada jalan!” tutup Asrul.